JELANG aksi Bela Islam Jilid III, Jumat (2/12), Kapoldasu, MUI Sumut, MUI Medan serta elemen masyarakat bersepakat. Kesepakatan yang menghasilkan 4 poin diharapkan dapat menjaga situasi Kamtibmas di Sumut.
Menurut Kapoldasu, Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, didampingi Sekretaris MUI Sumut M Ardiansyah, Ketua MUI Kota Medan M Hatta dan Ketua Gerakan Anti Penistaan Agama Islam (GAPAI) Sumut Leo Adnan, empat poin kesepakatan bersama, yaitu, tercapainya kesepakatan antara Polri dengan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI).
Ditegaskannya, polisi menghormati kesepakatan tersebut. Sekaligus diimbau kepada masyarakat Islam Sumut dan Polri, untuk menyambut baik kesepakatan tersebut. Dan dalam menyampaikan aspirasi dapat dilakukan di wilayah Sumut. Kedua, sebagai bentuk dukungan dan aksi solidaritas aksi bela Islam, di Sumut akan dilaksanakan doa bersama demi keselamatan negara dan bangsa Indonesia.
"Ketiga kegiatan doa bersama akan dilaksanakan Jumat (2/12), mulai pukul 09.00 WIB di Masjid Agung Kota Medan dalam bentuk tausyiah, zikir dan doa. Serta dilanjutkan salat Jumat diikuti alim ulama, para santri, pemuda serta TNI dan Polri. Sedangkan poin keempat, dengan adanya maklumat bersama Gubsu, Kapoldasu dan Pangdam I/BB tentang penyampaian pendapat di muka umum dengan tertib, santun dan damai, diharapkan seluruh komponen masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda dapat memahami dan melaksanakan maklumat bersama," katanya, Rabu (30/11), di Kantor MUI Medan.
Diharapkan juga untuk menjaga toleransi antar umat beragama, tidak mudah terprovokasi dan selalu gotong-royong dalam kebhinekaan, guna menjaga keutuhan dan persatuan NKRI.
Lebih lanjut Kapoldasu mengatakan, kegiatan menyampaikan pendapat/ekspresi harus dilakukan dengan tertib, beradab dan mencerminkan sikap sebagai seorang muslim yang mencintai perdamaian. "Saya mengimbau agar kita tidak mudah terprovokasi, sebab ini dapat merugikan kita sendiri. Karena semua masyarakat muslim menginginkan kebaikan di Sumut," tukasnya.
Ketua MUI Kota Medan, Mohammad Hatta, mengatakan, belajar dari berbagai persoalan dan perkembangan yang terjadi, baik di Jakarta dan Sumut, diharapkan momen-momen tersebut semakin memperkokoh keutuhan NKRI. Aksi bela islam jilid III ini sebenarnya bertujuan mengawal proses hukum pelaku penista agama. "Tujuannya adalah persoalan penistaan agama yang dilakukan Gubernur Jakarta non-aktif Ahok. Hal ini ditindaklanjuti keinginan umat islam, agar penista agama dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia," ujarnya.
Selain itu, ia juga berharap, pertemuan kemarin akan menjadi hari yang baik atau Yaumul Marhamah dan menghasilkan kesepakatan bersama yang baik untuk kedua belah pihak. "Semoga hari ini menjadi hari indah. Hari Yaumul Marhamah," katanya.
Hatta mengatakan, penistaan agama Islam yang dilakukan Ahok, seharusnya mendapatkan hukuman. "Kita menyambut baik segala prakarsa yang dilakukan umat Islam, agar bisa menghasilkan kesepakatan bersama," katanya.
Sedangkan perwakilan Gerakan Anti Penistaan Agama Islam Sumatera Utara (GAPAI Sumut), Leo Imsar Adnan, mengatakan, aksi 2 Desember 2016 merupakan aksi damai, dengan harapan penegakan hukum terhadap pelaku penista agama secara berkeadilan sesuai hukum yang berlaku. "Kita dari GAPAI Sumut mulai menyadari, kita mengimbau ulama untuk tampil dalam memimpin umat ini. Insya Allah seluruh ormas mendukung para ulama, begitu juga memberikan dukungan kepada aparat yang komit dalam memproses pelaku penistaan agama," jelasnya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar