AKIBAT anaknya tinggal kelas, orangtua murid SMPN I Stabat, M Mui, berencana akan menggugat pihak SMPN I Stabat ke PTUN. Bahkan M Mui menuding banyak praktik pungutan liar (Pungli) di SMPN I Stabat tersebut.
Menurutnya, gugatan ke PTUN yang akan dilakukannya, karena penilaian terhadap anaknya jelas-jelas cacat hukum. "Yang sangat saya sayangkan, bila ada perseteruan antara guru dan kepala sekolah mengenai bagi-bagi, kenapa murid yang dijadikan korban. Dan kenapa anak saya sendiri yang dikorbankan, tinggal kelas. Apa karena guru Syarifah Aini SPd tahu saya aktif di salah satu lembaga," papar Mui, kemarin.
Padahal menurut M Mui, yang juga Direktur Lembaga Badan Investigasi Transparansi Anggaran Republik Indonesia (Bintara), semua uang pungutan oleh pihak sekolah dibayarnya. "Kenapa anak saya tinggal kelas karena di SMPN I ini banyak sekali Pungli. Seperti anggaran dana BOS dari tahun 2015 hingga 2017, pengunaannya tidak pernah jelas. Bahkan hingga kini dana BOS di sekolah itu tidak transparan kepada wali-wali murid," ungkapnya.
Selain itu, setiap bulan, kurang lebih 800 siswa/siswi membayar uang kas Rp8.000. Lain lagi pungutan uang buku, setiap siswa membayar Rp12.000. Bahkan uang baju training sekolah, siswa wajib membayar Rp300.000. "Dan yang jelas, guru kelas VIII yang bernama Syarifah Aini SPd, jelas-jelas memiliki sentimen kepada Kepala Sekolah Gito SPd MPd. Apalagi pihak guru dan kepala sekolah selama ini tidak sinkron dan kenapa anak saya yang jadi dikorbankan," urainya.
Mui marah-marah dalam ruangan kelas SMPN I Stabat, saat dirinya datang ke sekolah untuk mengambil rapor anaknya, M Sultan Arif yang tinggal kelas, Sabtu (17/6).
Kepala SMPN I Stabat, Gito SPd yang dikonfirmasi wartawan melalui telpon, mengatakan, setiap masalah bisa dibicarakan baik-baik dan untuk apa ribut-ribut. "Saya juga tidak tahu kalau anaknya yang tinggal kelas. Dan saya sudah kumpulkan seluruh guru, tapi guru-guru mengatakan M Sultan Arif harus tinggal kelas. Dan saya sudah bicarakan denga Mui, bila ia pindah sekolah, kemana ia mau sekolah, biar saya yang masukkan. Saya yang jamin," kata Gito. ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar